Book Details
Judul : Dengarlah Nyanyian Angin
Original Title : KAZE NO UTA O KIKE
Penulis : Haruki Murakami
Penerjemah : Jonjon Johana
Cetakan Pertama, Oktober 2008
ISBN-13 : 978-979-91-0137-2
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Literary Awards : Gunzo Literary Award
“Tidak ada kalimat yang sempurna. Sama seperti tidak ada keputusasaan yang sempurna.”
Dalam kisah ini, tokoh Aku pejantan tangguh tapi terobsesi dengan seorang penulis Amerika yang mati bunuh diri. Kekasih Aku gadis manis dan bersahaja tapi tak ragu-ragu menggugurkan janin dalam kandungannya, yang entah siapa ayahnya. Sobat kental Aku, Nezumi, anak hartawan tapi muak dengan kekayaan dan menenggelamkan diri dalam alkohol. Mereka bertiga melewati delapan belas hari yang tak terlupakan pada suatu musim panas di sebuah kota kecil di tepi laut.
Dengarlah Nyanyian Angin bercerita tentang anak-anak muda dalam arus perbenturan nilai-nilai tradisional dan modern di Jepang tahun 1960-1970-an. Dengan ringan, Haruki Murakami berhasil menggambarkan sosok kaum muda Jepang yang antikemapanan dan tak memiliki bayangan ideal akan masa depan.
SINOPSIS
Dengarlah Nyanyian Angin merupakan novel pertama Haruki Murakami. Novel dengan judul asli “Kaze No Uta O Kike” menceritakan tentang sepenggal kisah “Aku” di jeda liburan kuliah saat musim panas. Ia berkunjung ke kota kecil dekat pelabuhan dan sebagian besar waktunya dihabiskan di konter Jay’s Bar. Di tempat inilah berkenalan dengan perempuan yang kemudian menemani masa liburannya. Nezumi, anak konglomerat tapi tak bangga dengan status tersebut. Satu lagi, seorang gadis penjaga toko penjual piringan hitam yang kehilangan satu jarinya.
Bersama Nezumi, ia banyak menghabiskan waktu untuk ngobrol di café. Lebih banyak keduanya menghabiskan waktu untuk membahas novel yang akan ditulis oleh Nezumi. Novel yang isinya agak menggelitik buat si “Aku”. Sedangkan dengan gadis penjaga toko, ia lebih sering menghabiskan waktu dengan percakapan tentang dilema sehari-hari. Hubungan antara keluarga maupun percintaan. Di sela-sela hubungannya dengan kedua perempuan yang baru dikenalnya, ia juga mengisahkan tentang tiga mantan pacarnya.
Selain hal tersebut, novel ini menceritakan si “Aku” yang mengidolakan penulis Amerika yang sudah mati. Dengan gamblang bahwa ia menyebut idolanya sebagai penulis gagal. Bagi “Aku”, Derek Heartfield merupakan guru belajar menulis kalimat. “…dialah salah satu dari sedikit pengarang hebat yang mampu berperang dengan menjadikan kalimat sebagai senjata.” (hal. 3).
Ini novel pertama Haruki, namun baru saya baca setelah novel “Norwegian Wood” yang fenomenal. Kedua novel ini sama-sama menggunakan sudut pandang pertama, Aku. Isinya kalau saya bilang ada ciri khas dari pengarang, tentang kegamangan masa muda.
Melalui novel “Dengarlah Nyanyian Angin”, dapat terlihat jika pengarang dipengaruhi oleh penulis-penulis Amerika dan Prancis. Banyak nama penulis negara tersebut yang diselipkan di antara percakapan maupun pemikiran si Aku, misalnya Gustav Flaubert berkebangsaan Prancis.
Baik novel ini maupun “Norwegian Wood” dituturkan dengan deskripsi atau prosa yang mudah dipahami. Saya pun tidak kesulitan memahami makna novel terjemahan yang biasa sukar diungkapkan oleh si penerjemah. Saya selalu suka penggambaran tingkah laku tokohya yang detail. Ini menginspirasi tulisan saya. Overall, meskipun saya tidak bisa menangkap kenapa novel ini diberi judul “Dengarlah Nyanyian Angin”, I like this novel.
“Aku menyukai langit. Langit tidak pernah membosankan untuk dipandang kapanpun juga, tapi saat tidak ingin dilihat ya tidak perlu dilihat.” (hal. 105)