Telat banget baca novel fenomenal ini. Kalau saja tidak menemukan buku ini saat beres-beres rumah mertua, mungkin, saya tidak akan membaca novel ini. Jujur saya, tidak tertarik membeli novel ini. Dari semua karya Dee, Filosopi Kopi dan Perahu Kertas yang menggelitik saya untuk menjadi bagian koleksi pribadi. Namun, ya, menemukan Supernova, kenapa tidak dibaca? Setelah sebelumnya, saya sudah menonton versi filmnya di salahsatu stasiun televisi.
Book Details
Judul : Supernova; Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
Penulis : Dewi ‘Dee’ Lestari
Penerbit : Truedee Books, 2001
ISBN : 979-96257-0-X
BLURB
Dhimas dan Ruben adalah dua orang mahasiswa yang tengah menuntut ilmu di negeri Paman Sam. Dhimas kuliah di Goerge Washinton University, dan Ruben di John Hopkins Medical School. Mereka bertemu dalam suatu pesta yang meriah, yang diadakan oleh perkumpulan mahasiswa yang bersekolah di Amerika. Pertama kali bertemu mereka terlibat dalam percakapan yang saling menyudutkan satu sama lain, hal tersebut dikarenakan oleh latar belakang mereka, Dhimas berasal dari kalangan The have, sedangkan Ruben, mahasiswa beasiswa. Tetapi setelah Ruben mencoba serotonin, mereka menjadi akrab membincangkan permasalahan iptek, saint, sampai acara buka-bukaan bahwa Ruben adalah seorang gay. Ternyata tak disangka-sangka bahwa Dhimas juga adalah seorang gay. Maka jadilah mereka sepasang kekasih, meskipun mereka tidak pernah serumah dalam satu apartemen. Bila ditanya mereka menjawab supaya bisa tetap kangen, tetap butuh usaha bila ingin bertemu satu sama lainnya. Dalam pertemuan di pesta tersebut mereka telah berikrar akan membuat satu karya. Satu masterpiece. Satu tulisan atau riset yang membantu menjembatani semua percabangan sains. Roman yang berdimensi luas dan mampu menggerakkan hati banyak orang.
REVIEW
Novel ini dibuka dengan deskripsi oleh Supernova. Sosok yang memiliki pandangan berbeda dan serba tahu. Dengan bahasanya, ia mencoba mengajak orang lain untuk membuka perspektif dari sudut berbeda.
Untunglah saya sudah menonton versi filmnya, kalau tidak mungkin saya akan kesulitan mencerna novel ini. Meski begitu, saya sering men-skip bagian Dimas dan Ruben sebab bahasa yang digunakan penulis terlalu jauh untuk saya tangkap. Ia menggunakan banyak kosakata sains, ilmu fisika, maupun matematika. Kalimatnya pun banyak yang tak saya mengerti. Mungkin bagi yang tertarik dengan ilmu-ilmu ini akan paham dengan membaca mendalam atau kedua kalinya. Namun, jujur saya tak tertarik jadi hanya membaca sekilas tanpa mengulik lebih jauh maknanya.
Bagian yang menarik buat saya adalah roman buatan pasangan gay tersebut. Kisah antara Ferre, Rana, dan Arwin. Rana, istri Arwin yang merasakan kehangatan dengan Ferre, sebuah cinta terlarang. Lalu, ada cerita Diva, sosok pelacur kelas atas dengan penuh harga diri.
Ferre dengan cita-cita masa kecilnya ingin menjadi ksatria, Rana, perempuan karier yang dipanggilnya, Putri, dan Diva…sang bintang jatuh. Dongeng kecil yang selalu diingatnya, ksatria ingin terbang, tak ada yang sanggup membawanya terbang jauh, hingga datanglah bintang jatuh yang membawanya melesat. Namun, saat ksatria melihat Putri, ia lepaskan genggaman sang bintang jatuh hingga ia hancur tercerai berai di angkasa lalu bintang jatuh mendekap sang putri dalam genggamannya.
Banyak yang menilai cerita novel ini maksa banget dan kontroversi. Bagi saya, novel ini memang berbeda dari novel-novel yang beredar dan saya baca. Ini bukan novel genre saya tapi dari novel saya lebih terbuka dan mempunyai pandangan baru terutama dalam dunia tulis-menulis.
So, membaca buku ini, meski tidak mengerti terkait sainsnya, bahasanya yang tinggi, saya suka sosok Arwin, suami yang berjiwa besar. Saking cintanya dan ingin melihat Rana bahagia, ia justru melepaskan.
“Aku mencintaimu. Terlalu mencintaimu. Kamu tidak akan pernah tahu betapa besar perasaan ini…”
“Perasaan ini, cukup besar untukku kuat berjalan sendirian tanpa harus kamu ada.” -hal. 117