“Never give up”
Kalimat tersebut merupakan oleh-oleh mengikuti Roadshow Serempak 2017 “Kreatif Bersama Serempak, Literasi Digital Generasi Millenial” di Aula Masjid Mujahidin Bandung, Kamis 20 Juli 2017. Jangan pernah menyerah, kalimat yang sering kita dengar terutama dalam buku-buku motivasi maupun oleh sang motivator. Kalimat yang juga menginspirasi D’massive membuat lagu dengan judul “Jangan Menyerah”. Sebelumnya kata-kata tersebut hanya bersliweran di telinga. Namun, kalimat tersebut kini menjadi istimewa karena diucapkan oleh Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise. Jangan pernah menyerah dan bekerja keras itulah kunci kesuksesan Beliau. Hard work yang mengantarkannya menjadi perempuan pertama dari Papua yang menjadi menteri dan guru besar. Bolehlah saya menyebutnya, “Kartini dari Timur”.
Awalnya saya tak menyangka dengan kehadiran ibu menteri. Sebab tidak ada di poster narasumber undangan acara yang terselenggara atas kerjasama Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Iwita, Serempak, dan Kominfo ini. Tentunya ini menjadi kejutan tersendiri bagi saya dan peserta Roadshow Serempak lainnya.
Dalam kesempatan ini beliau berpesan agar mengambil yang positif dari internet dan media sosial supaya terhindar dari hoax atau berita bohong yang belum tentu kebenarannya. Pengalamannya sebagai dosen di Universitas Cendrawasih, beliau banyak menghadapi skripsi dari mahasiswa-nya. Beliau sangat menyayangkan tak sedikit yang masih copy-paste yang tidak dijelaskan sumbernya. Sebagai generasi bangsa, beliau senantiasa mengingatkan agar mahasiswa rajin membaca, jangan asal menjiplak di internet. Karena itulah fungsi perpustakaan. Beliau juga menekankan bahwa mahasiswa harus mempunyai teori yang lebih kreatif.
Sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, beliau berambisi terwujudnya planet fifty-fifty, sebelumnya saya tidak mengerti apa maksud planet fifty-fifty ini. Apakah planet di tahun 2050? Ternyata bukan, saya jadi merasa bodoh. Yang dimaksudkan beliau adalah ketika kesetaraan gender telah terwujud, yaitu seimbang antara laki-laki dan perempuan. Bukan masalah angka penduduknya ya, tapi terkait profesi maupun terkait “pengakuan”.
Selain itu dalam kesempatan ini beliau juga menyampaikan agar kita mengontrol teknologi yang telah merubah cara berpikir dan perilaku, dengan adat budaya Indonesia yang tinggi.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise
Perempuan Berkarya dengan Cinta
Sebelumnya, peserta mendapat inspirasi oleh Indari Mastuti. Sosok perempuan inspiratif yang berkarya dengan memanfaatkan teknologi digital, 99 persen dia mengaku merengkuh dunia melalui facebook.

Penggiat Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indari Mastuti
Menurutnya rugi jika perempuan tidak memanfaatkan era digital yang mana semua serba mudah dan cepat. Nah, apa itu online? Sebagai ibu yang melahirkan dan mendidik anak-anak sebagai generasi penerus bangsa harus mengikuti perkembangan zaman. Jika dulu saat awal-awal belajar membaca di sekolah, murid diajari kalimat, Ayah pergi ke kantor, Ibu pergi ke pasar. Saat ini hal tersebut sudah tidak berlaku. Sebab, baik ayah maupun ibu bisa bekerja dari rumah secara online seperti yang dilakukannya.
Bagi Indari, sosial media digunakannya untuk lima hal yaitu bisnis, silaturahmi, berbagi, campaign, dan pengembangan diri. Dari aktivitas di sosial media tersebut banyak hal yang telah diperolehnya, di antaranya 10 tahun berbisnis di dunia jasa penulisan, berdirinya komunitas ibu rumah tangga dengan anggota 50 ribu orang lebih, mendirikan portal emakpintar.org, meminimalisir kenakalan anak Indonesia lewat Sekolah Gratis Indonesia, dan menekan angka kelaparan dengan Kedai7K. Prestasi yang pantas kita teladani yang semuanya dijalankan via digital.
Sebagai ibu, ia juga mengatakan bahwa bermain digital dengan penuh cinta di rumah bersama anak akan memberikan efek positif jangka panjang. Ibu yang cerdas menggunakan internet dengan cerdas dan menyingkirkan keburukannya. Berikut tujuh tips internet yang bisa diterapkan oleh ibu di rumah:
- Tutup sejenak sosial media jika sedang marah
- Kalau sedang bahagia posting banyak tulisan
- Fokus membagi ilmu yang dikuasai
- Pilah dan pilih teman di sosial media
- Berhenti menulis secara subyektif
- Kalau ingin menulis hal negatif bercermin dahulu
- Evaluasi berkala bersama keluarga-anak, misalnya terkait status di sosial media
Perempuan Indonesia Kreatif dan Melek Digital
Kita sudah berbicara tentang perempuan kreatif di era digital. Namun, kerap kali kita juga mendengar literasi digital. Jadi apa itu literasi digital? Dosen Fikom UNISBA Andalusia Neneng Permatasari menjelaskan literasi digital pada intinya adalah melek teknologi. Tidak cukup hanya menggunakan tapi bisa menyortir informasi yang diperoleh. Agar bisa melek digital setidaknya harus kreatif, kritis dan evaluatif, pemahaman sosial budaya, dan kolaborasi.
Sehingga melek digital itu tidak hanya menggunakan, tapi bisa memahami, mengevaluasi, hingga membuatnya sendiri. Modalnya, passion, kemampuan, dan berkolaborasi. Katanya mengutip Ridwan Kamil, hidup itu adalah hubungan. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Untuk bisa sukses berdigital, kita harus berkolaborasi dengan yang menguasai. Ia mencontohkan pengalamannya saat membuat aplikasi bekerjasama dengan ilustrator animasi.
Ketika masyarakat sudah melek digital, bagaimana dengan komitmen pemerintah? Pembicara dari Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Yulis Widia M mengatakan Kominfo bertekad membangun infrastruktur telekomunikasi dari Sabang sampai Merauke di antaranya melalui Palapa Ring. Sehingga tidak ada internet mahal untuk seluruh Indonesia. Targetnya adalah membangun Palapa Ring atau serat optik sepanjang 36.000 kilometer supaya tidak ada kesenjangan internet antara wilayah barat dan timur.

Foto bersama para narasumber Roadshow “Kreatif Bersama Serempak, Literasi Digital Generasi Millenial”
Dengan kreatif dan melek digital, seperti kata satu-satunya speaker laki-laki dari Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Jawa Barat Bapak Rizal, tidak ada lagi pernyataan perempuan berambut panjang berakal pendek tapi yang ada “perempuan berambut panjang berakal panjang“. Harapannya dengan optimalisasi digital berbasis kesetaraan gender membuat kaum perempuan dapat berpikir panjang dan bisa memberi manfaat untuk kemaslahatan umat.
Wish you luck!
betul ya perempuan dituntut melek digital dan berkembang sesuai dg perkembangan jaman
iya harus apalagi sekarang apa-apa serba digital