Bunda… Setiap anak itu unik. Kalau kata ibu saya, beda anak beda hati. Kalau anaknya dua ya hatinya dua. Mengerti maksudnya tidak? Jadi kira-kira begini, beda anak beda perlakuannya. Kita sebagai ibunya harus bisa membelah hati sesuai karakter mereka. Antara anak yang satu dengan yang lain tidak bisa diperlakukan sama. Makanya terkadang hasil didikan sama tapi anaknya tumbuh berbeda. Karena harus kita sadari meskipun anak terlahir kembar tapi sifat mereka berbeda.
Saya sedang belajar dan terus belajar dalam mendidik anak. Anak sulung saya perempuan dan adiknya laki-laki, terpaut umur dua tahun. Meskipun, sekarang masih balita justru yang rewel yang perempuan, si anak pertama. Kalau secara teori, yang besar yang mengalah, yang besar harus menjadi contoh. Memang benar tapi harus sesuai situasi dan kondisi juga ya, Bund.

Foto: dok. pribadi
Anak Sulung, Si Pemimpin
Anak sulung biasanya mendapat perhatian yang sangat dari orang tua, dari masa kehamilan hingga lahir. Karenanya, orang tua biasanya menaruh banyak harapan pada anak sulung. Harapan menjadi contoh bagi saudara yang lain maupun harapan jika tumbuh besar nanti. Jika tidak hati-hati kecenderungan orang tua ini akan menjadi beban baginya. Rata-rata karakter yang dimiliki si sulung adalah sosok yang dapat diandalkan, terstruktur, rapi, cenderung serius, penuh kendali, mencapai prestasi, dan berjiwa pemimpin.
Meski begitu sebagai orang tua kita tetap harus memberinya pilihan sesuai bakat dan kemampuannya. Biarkan juga dia berkembang optimal tanpa melulu dikte dari kita.
Anak Bungsu, Si Jenaka
Kerasa sih saya sama saya, ketika anak pertama, saya begitu detail dengan perkembangannya. Saya juga menanti-nanti, kapan ia tumbuh gigi, merangkak, berjalan, dan lainnya. Nah, giliran adiknya bukannya tidak memperhatikan ya tapi rasanya saya lebih percaya diri dalam mengasuh. Anak pun rasanya tumbuh dengan sendirinya. Karena perbedaan pola pengasuhan tersebut umumnya anak terkecil tumbuh menjadi pribadi menyenangkan, jenaka, ceria, rileks, mudah bergaul, sederhana, dan spontan.
Yang tidak boleh dilalaikan sebagai orang tua adalah tetap harus memupuk jiwa pemimpinnya. Apalagi kalau dia laki-laki. Meskipun dilahirkan bukan anak pertama tapi saya lebih mengarahkan jiwa pemimpin ini pada anak kedua. Boleh jadi secara urutan anak kedua saya laki-laki dan anak pertama perempuan. Tapi dalam pengasuhannya saya membaliknya. Seperti kata psikolog Valensia Gowanda, urutan lahir bukan hanya berdasarkan urutan kelahiran tetapi juga peran urutan lahir yang diberikan orang tua untuk anak. Seperti saya yang memperlakukan anak kedua sebagai pemimpin. Kalau bunda gimana?
Nah, selain karakter sulung dan bungsu, ada juga yang ditakdirkan menjadi anak tunggal. Anak tunggal ini biasanya perfeksionis dan umumnya serius. Karena mendapat curahan kasih sayang dari kedua orang tua, ia tumbuh dengan kepercayaan diri tinggi. Namun, kurang bisa menyesuaikan dengan diri dengan kebutuhan teman sebayanya.
Jika memiliki anak tunggal, sebagai orangtua harus melatih empati maupun kemampuan negoisasi karena ia tidak memiliki kakak atau adik. Kita juga tidak boleh mempunyai banyak harapan kepada anak tunggal. Biarkan ia tetap mandiri dan bertumbuh dengan style-nya.
Beda lagi dengan anak tengah, si fleksibel. Karena mempunyai kakak dan adik, ia pun merasa lebih nyaman. Karenanya, anak tengah biasanya mudah menyesuaikan diri, mementingkan persahabatan, pendamai, namun cenderung “memberontak” atau tampil beda.
Sebagai orang tua kita harus menyediakan waktu ekstra untuk anak tengah agar ia tetap berekspresi sesuai gayanya. Memastikan ia juga disayang seperti kakak dan adiknya sehingga tidak minder dalam pergaulan.
Selain urutan kelahiran, menurut Valensia, jarak usia juga perlu dipertimbangkan. Misalnya jarak anak pertama dan kedua selisih lima tahun. Biasanya anak pertama akan memiliki sifat anak tunggal dan anak kedua menjadi si sulung.
Begitu kira-kira, bunda, meskipun begitu pola asuh tetap sesuaikan dengan kepribadian anak agar mereka tumbuh optimal menjadi generasi emas. Sebagai ibunya, kita adalah orang yang paling mengetahui tentang anak kita. Jadi ibu itu tidak gampang tapi tidak berarti susah juga. Semoga kita bisa menjadi ibu yang amanah buat anak-anak kita ya 🙂
#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia