“Love what you do or do what you love?”
Sering kan ya mendengar kalimat tersebut. Mencintai apa yang kita lakukan atau melakukan apa yang kita cintai.
Sangat beruntung jika bisa melakukan apa yang kita cintai. Namun, terkadang apa yang kita lakukan bisa karena terpaksa dengan kata lain tidak sesuai hati. Misalnya di bidang pekerjaan daripada menganggur kita bekerja apa saja. Begitu juga saat mengambil jurusan kuliah daripada tidak kuliah akhirnya mengambil jurusan apapun walau tidak sesuai minat. Paling enak memang melakukan sesuatu berdasarkan yang kita cintai atau sesuai passion.
Passion merupakan gairah atau antusiasme terhadap sesuatu. Bahkan kita bisa menikmati pekerjaan atau bidang tersebut meski tidak dibayar sekalipun. Lalu bagaimana cara menemukan passion tersebut?
Menemukan passion menurutku proses yang tidak singkat. Ia tidak sekedar minat atau kita bisa melakukan hal tersebut. Nah, salah satu cara menemukan passion adalah dengan mengingat hal-hal yang suka dilakukan atau kebiasaan masa kanak-kanak. Kalau aku pikir-pikir memang benar lho.
Waktu SD aku suka ditunjuk menjadi “guru” kalau belajar kelompok oleh teman-teman. Kadang saat di kelas aku pun suka main guru-guruan dan teman yang lain menjadi murid. Sekarang aku berkontribusi menjadi relawan pengajar di kelas inspirasi.
Kebiasaan lain waktu kecil adalah suka ngebolang. Senang menyusuri sungai, suka sepedaan antah berantah, suka jalan-jalan jauh untuk anak seusiaku waktu itu. Eh lulus SMA masuk jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan. Identik dengan bertualang. Skripsinya mengenai karakter hidrologi di kawasan hulu Sungai Bengawan Solo. Nyambung kan ya?
Lalu kenapa bisa kecemplung ke dunia blogging? Kalau dirunut kembali sejak SMP aku sudah konsisten menulis diari. Selalu excited jika melihat buku diari di toko buku. Buku diari di toko buku yang colourful seolah selalu melambai-lambai. Beberapa diari masih tersimpan rapi, beberapa yang lain sengaja dibakar karena malu isinya curhatannya cinta monyet hehe… Mungkin anak zaman sekarang keberadaan diari sudah digantikan dengan smartphone atau laptop kali ya?

Namiya dan diariku
Kembali ke passion, aku pribadi mengetahui dan mulai menggunakan istilah ini sejak membaca buku Rene Suhardono Your Job is Not Your Career sekitar tahun 2012. Kalau novel yang memengaruhiku untuk menemukan passion adalah 23 Episentrum karya Adenita. Meski begitu, aku pun masih terus mencari apa passionku sebenarnya, cara dimana aku bisa berbagi dan bermanfaat.
Masa kecilku menjadi pondasi di masa dewasaku. Masa kecilku menyenangkan tapi ada beberapa hal yang ingin aku perbaiki jika bisa kembali ke masa kecil. Apa yang aku sesali lebih kenapa aku tidak menghafal banyak saat kecil. Seperti tidak menghafal lebih banyak kosakata bahasa asing, menghafal surat-surat dalam Alquran. Padahal saat itu banyak yang mengingatkan agar banyak menghafal tapi kok ya ngeyel.
Benar sih masa kecil harusnya diisi berbagai pengetahuan. Karena saat itu kita tidak mempunyai beban apapun. Karena ketika mulai dewasa kita mulai disibukkan apalagi setelah bekerja dan menikah. Memang benar, bukan berarti saat dewasa kita tidak bisa menghafal tapi waktu kita lebih terbatas tidak sebebas waktu kecil.
Kata pepatah kita tidak bisa memilih masa kecil tapi bisa menciptakan masa depan. Masa kecilku adalah sumber pelajaran dan pengajaran yang menjadi bekal berharga untuk mendidik anak-anakku. Aku bertekad menjadikan masa kecil mereka menyenangkan dan penuh pembelajaran. Setidaknya, ketika kelak dewasa mereka tersenyum mengenang masa kecilnya.
Itu bagian cerita masa kecilku, kalau foto mungkin tak banyak karena saat itu belum era jeprat-jepret seperti sekarang. Kalau ingin mengabadikan foto ya memanggil tukang foto atau datang ke studio foto. Sebab, kamera masih barang mewah di masa kecilku tahun 1990an.
Bagaimana dengan masa kecil kamu? Bagi juga, yuk!
Semoga bermanfaat ya^^
Saya juga menemukan passion menulis sejak kecil 🙂
Keren kakak
Memang masa kecil itu berpengaruh banget ke masa dewasa. Saya juga ngerasa begitu, Teh.
Iya… Kadang kita malah ga sadar dg bakat alami waktu kecil jg
Sama Teh, dulu kalau foto ke tukang foto keliling dan hasilnya kurang puas karena wajahku judes wkwk. Hmmm menarik sekali ya, Alhamdulillah perlahan tapi pasti saya sudah menemukan apa yang saya 💕 suka. Keep it up! Tfs
Sesuatu ya…:D
Wah, suka juga sama 23 episentrum. Ima suka yg bagian orang2 yg bekerja dan konsisten Di bidang mereka. Asik banget bacanya.
Konsisten dan jd profesional. Keren banget
Hobi aku dari kecil baca dan sampe skrg aku komit bwt baca, klo aku dari buku memang lumayan mendatangkan rezeki jg krn review buku aku sampe menang jalan2 gratis ke KL xixi jd emang masa kecil bisa jd dorongan buat nekunin saat gedenya
Tes
Wah bener banget mbak. Kesukaan kita dimasa kecil bs jadi passion kita. Aku juga suka baca buku Rene Suhardono. Your job is your not career. Passion itu kecintaan kita. Sampe kalo ngelakuin kayak gak kerasa. Paling seru kalo ngelakuin hobby tapi dibayar. Ehhe. Wah tossss nih. Aku juga suka beli diary buat nulis sejak SD 😀
Salam kenal ya mbak 🙂
Salam kenal jg. Wah, samaan donk kita ya. Setuju… Emang paling enak klo punya hobi dibayar Hehe… *tooosss