Bukan “Amazon”, Ini Kali Oyo – Kebun Buah Mangunan

Oyo1

Entah mengapa saat melihat meander di bawah sana, aku langsung teringat liukan Sungai Amazon. Sungai terpanjang kedua di dunia yang melintasi lima negara. Memang belum pernah ke Amerika Selatan sih tapi dari gambaran di televisi atau foto mungkin begitulah aku menggambarkan versi kecil Amazon ala Kali Oyo.

Amazon, sebuah kehidupan liar penuh misteri namun eksotis yang memikat para petualang. Begitu juga Kali Oyo. Namun, keduanya tentu tak bisa disamakan ya karena dari segi geologi, topografi, dan tipe hutan sudah berbeda. Aku hanya memandang dari segi kelokan sungai ini yang mirip ular raksasa.

Sebelum bermuara di Sungai Opak, sungai yang berhulu di pegunungan barat Gajah Mungkur Wonogiri ini membelah kawasan karst bagian utara dan selatan di pegunungan kidul. Melintasi Hutan Pendidikan Wanagama, sungai dengan panjang mencapai 106 kilometer ini memiliki aliran air yang tampak tenang di permukaan namun menyimpan pusaran arus bawah yang kuat.

Kali Oyo melintasi dua provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta bukan sekedar sungai yang mengalirkan air dari hulu ke hilir. Konon ia juga menjadi saksi kejayaan kayu jati di Tanah Jawa. Kali Oyo kerap dimanfaatkan untuk mengangkut kayu jati di masa jauh sebelum kemerdekaan. Beberapa masyarakat mengaku menemukan jati pendem (tertimbun tanah dalam waktu lama) di tepi sungai Oyo. Walau jalur pegangkutan kayu jati sudah tiada, namun keeksotisan tiada tara masih bisa kita jumpai. Salahsatunya melalui spot puncak Kebun Buah Mangunan Dlingo, Bantul.

Sembari mensyukuri anugerah Tuhan YME untuk bumi Indonesia yang menakjubkan, aku berandai-andai mungkinkah kejayaan kayu jati Indonesia akan kembali. Mengingat sektor kayu hasil alam khususnya kayu jati Indonesia menyusut. Kalau ingin menjumpai hutan jati coba berkendara melalui jalan raya negara di Kota Banjar (Jawa Barat), Ngawi (Jawa Timur), atau Madiun (Jawa Timur). Di sana kita bisa melihat tegakan jati yang terkenal kelas awet dan kuatnya tersebut.

Oyo4

Oya, ini adalah kunjunganku untuk kedua kalinya di Mangunan setelah hampir sepuluh tahun lalu. Bedanya dulu masih single dan sekarang sudah berbuntut dua. Secara fisik, akses dan penambahan atraksi di Mangunan semakin bagus. Di puncak berjajar warung yang tertata rapi dan bersih. Namun, dua kali ke sini aku tak beruntung karena bukan musim buah. Pohon buah yang aku kenal di sini di antaranya durian, mangga, rambutan, jambu monyet, salak. Kebun buah ini menurutku juga sebuah terobosan penghijauan karst yang unik. Mengingat jika saat kemarau kawasan ini akan sangat kering. Hanya tumbuhan pioneer saja yang mampu tumbuh menembus batu bertanah seperti jati.

Lokasi ini juga semakin ramai dikunjungi terlebih dengan tawaran sunrise di pagi buta. Dari puncak ini, kita juga bisa langsung melihat deburan ganasnya ombak laut selatan nun di kejauhan. Banyak yang bilang destinasi ini bukit di atas awan, karena rasanya kita memang berada di atas awan. Di sekitar Kali Oyoh di bawah kita bisa menyaksikan pemukiman dan jalanan yang terlihat seperti mainan.

Mengikuti trend, tempat wisata di ketinggian antara 150-200 mdpl ini juga semakin instragamable dengan banyak spot ciamik. Sayang, kami tak bisa mengabadikan setiap spot karena jalan bersama dua krucil yang masih balita terkadang unpredictable dan tidak kondusif untuk mengambil gambar.

Oyo2

Kami datang di akhir Juli alias puncak kemarau dan tiba pas tengah hari. Cuaca begitu panas meski begitu, puncak kebun buah ini tetap ramai. Menariknya lagi, sekawanan monyet liar menghampiri pengunjung. Monyet-monyet tersebut bergelantungan di pepohonan gamal dan ranting yang kering. Menurut, salahsatu pemilik warung monyet ini kerap turun untuk mencari makan. Nah, d’traveler yang belum pernah ke sini makin penasaran kan?

Kalau yang sudah pernah pasti mau banget balik lagi ke sini. Rasanya bak mendatangi surga yang tersembunyi dengan oase yang hijau kebirauan di antara bukit gersang. Apalagi sepanjang perjalanan kita akan disuguhi panorama pedesaan di Bantul yang berganti perbukitan yang ciamik. Makam raja-raja Mataram Imogiri di kejauhan dan likuan khas pegunungan yang memanjakan mata.

Lokasinya sekitar 35 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta. Akses perjalanan sudah bagus tapi disarankan dengan kendaraan pribadi atau sewa kendaraan.

Ke sini, yuk! Jangan lupa setelah itu bagi cerita perjalanan kamu juga ya. Karena pengalaman perjalanan setiap orang berbeda. Siapa tahu bisa menginspirasi kawan yang lain.

*foto koleksi pribadi, diambil 29 Juli 2018 oleh Darma Legi

**Artikel ini sudah dipublikasikan versi detik travel Bukan Sungai “Amazone”, Ini Sungai Oyo, tanggal 31 Agustus 2018

Silakan meninggalkan jejak. Insya Alloh saya kunjungi balik^^

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.