
Gunung Tangkuban Parahu dari halaman Gedung Sate (koleksi pribadi)
Untuk pertama kalinya sejak tinggal di Bandung 2013 lalu, saya memasuki bangunan Gedung Sate. Saya pantas bersyukur terpilih menjadi pengajar Kelas Inspirasi Bandung #7, 2019. Karena briefing atau pembekalan sebelum hari inspirasi diselenggarakan di aula gedung yang disebut bangunan terindah di Indonesia oleh D Ruhl dalam buku Bandoeng en haar Hoogvlakte tahun 1952 ini.
Sedangkan untuk datang ke kawasan markah Jawa Barat ini sendiri sudah sering banget. Hampir setiap Lebaran di Bandung, saya dan keluarga kecil sholat Idul Fitri di Gasibu. Setiap ada keluarga/sanak/sahabat jauh datang, Gedung Sate hampir selalu wajib dikunjungi.
Jadi saya tahu Gedung Sate fasade (tampak depan) dibangun menghadap ke utara dalam garis lurus dengan Gunung Tangkuban Parahu. Namun, pemandangan itu sangat berbeda ketika saya menyaksikan Gunung Tangkuban Parahu dari dalam bangunan. Terbayang panorama pertama kali ketika membuka pintu atau jendela. Saya takjub dengan detail J Gerber, sang arsitek.
Ini semakin menguatkan jika Gunung Tangkuban Parahu adalah magnet Kota Bandung. Tidak hanya tentang legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi. Seorang naturalist Junghuhn pun begitu terpikat dengan gunung ini dan dimakamkan di Jayagiri, kaki gunung berbentuk perahu ini. Salahsatunya karena gunung ini juga, seorang traveler Inggris Charles Walter Kinloch (1852) menyebut Bandung sebagai Kota Bandung sebagai Montpellier Jawa (kota diantara pegunungan di Eropa dan Kanada) yang indah.
Sayang banget saya lupa tidak menekan fokus saat mengambil gambar gunung ini dari dalam gedung karena buru-buru. Padahal cuacanya sedang bagus sehingga bagian gunung terlihat jelas.

Gedung Sate dibangun satu garis lurus dengan Gunung Tangkuban Parahu (koleksi pribadi)
Ketika berdiri ke teras, gunung itu begitu menawan. Gunung yang mulai tak terlihat karena pesatnya pembangunan Kota Bandung. Kota ini nampak berlomba-lomba membuat bangunan tinggi.

Air mancur di halaman Gedung Sate dengan latar Gunung Tangkuban Parahu (koleksi pribadi)
Dari segi arsitektur, bangunan yang pada masa Hindia Belanda disebut Gouverments Bedrijven ini dikatakan oleh dua arsitek Belanda Cor Pashier dan Jan Wittenberg sebagai “langgam arsitektur Gedung Sate adalah gaya hasil eksperimen sang arsitek yang mengarah pada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa”.
Wajah arsitektur tradisional nusantara juga tidak terlepas dari masukan maestro arsitek Hindia Belanda Dr. Hendrik Petrus Berlage yang memberikan masukan kepada J Gerber dan kelompoknya.
Paduan beberapa aliran arsitektur dalam rancangan Gerber terlihat dari jendela yang mengambil tema Moor Spanyol. Bangunannya bergaya Rennaisance Italia. Bagian menara, dimasukkan aliran Asia, yaitu gaya atap pura Bali atau pagoda di Thailand.
Yang paling menarik dan melatar belakangi sebutan bangunan ini, di puncaknya terdapat “tusuk sate” dengan 6 buah ornamen sate. Versi lain menyebutkan jambu air atau melati. Hal tersebut melambangkan 6 juta gulden, jumlah biaya yang digunakan untuk membangun Gedung Sate.
Selain itu, ornamen yang terbuat dari batu, terletak di atas pintu utama Gedung Sate, sering dikaitkan dengan Candi Borobudur karena bentuknya yang serupa.
Wow… dibangun dengan detail dan totalitas tinggi menjadikan bangunan yang dibangun 27 Juli 1920 tetap kokoh dan mempesona hingga kini. Karena umumnya bangunan heritage lebih terkesan angker dan mistis. Walau tidak dipungkiri hawa itu memang saya rasakan ketika memasuki bangunan. Hal ini mungkin wajar karena umurnya yang sudah hampir seabad dan kurangnya cahaya matahari yang bisa masuk.
Gedung Sate sekarang menjadi kantor Gubernur Jawa Barat. Di bagian utamanya terbagi menjadi aula barat dan timur dengan pilar-pilar tinggi dan kokoh. Di bagian langit-langitnya tergantung lampu gantung chandelier mengingatkan saya saat memasuki ballroom Hotel Indonesia. Mungkin karena awalnya berfungsi sebagai tempat dansa kegemaran masyarakat Eropa.

Chandelier di bagian aula barat Gedung Sate (koleksi pribadi)
Nah, di aula inilah kami membahas persiapan Hari Inspirasi. Satu hari dimana para profesional berbagi kisah inspiratif agar anak Indonesia berani bercita-cita dan mewujudkannya demi Indonesia maju dan disegani.
Bagi saya sendiri, perjalanan ke Gedung Sate 10 Februari 2019, telah memberi hikmah. Bahwa lakukan yang terbaik jika ingin yang terbaik.
Semoga bermanfaat ya^^
Referensi:
Gedung Sate
Sejarah Gedung Sate Bandung dari Awal Berdiri