Hi Buddies,

Ilustrasi Foto: (Koleksi Pribadi)
Beberapa waktu yang lalu saya sudah berbagi postingan mengenai Teknik Wawancara sebagai Wartawan. Kali ini saya akan menuliskan beberapa kesalahan reporter dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa kesalahan umum yang sering dijumpai dari para reporter di lapangan, di antaranya:
- Pengetikan
Seperti halnya penulis, reporter juga tak luput dari typo atau salah ketik. Apalagi profesi wartawan dituntut serba cepat sehingga saat mengetik pun tidak boleh memakan waktu yang lama. Wartawan itu multitalenta, kadang bisa berjalan sambil membuat berita 😀. Karena terburu-buru inilah memungkinkan banyak terjadi kesalahan.
- Bahasa
Ada istilah gaya selingkung (house style) dalam media. Artinya, terdapat beberapa kata dari sebuah media yang tidak mengikuti istilah dalam KBBI. Gaya selingkung ini menjadi ciri khas dari media yang bersangkutan. Misalnya Republika menulis Ahad untuk hari Minggu, seperti saya kutip dari twitter @IvanLanin, Kompas menulis Eslandia sementara di KBBI tertulis Islandia, dll.
- Struktur bahasa
Tidak hanya salah ketik, wartawan bisa saja menulis kalimat yang tidak efektif. Kalimat yang tidak nyambung dan tidak sesuai EYD/EBI. Reporter harus terbiasa menulis dalam bahasa baku dan sesuai dengan kaidah dalam Bahasa Indonesia. Selain itu, perlu juga memperhatikan penyerapan dari Bahasa Inggris/asing. Contohnya penulisan pasca sebagai unsur terikat selalu serangkai dengan kata berikutnya. Jika kata berikutnya diawali dengan huruf besar diberi tanda hubung (-). Kata pasca sebagai serapan dari Bahasa Sansekerta cenderung digunakan untuk hal/peristiwa yang bersifat periodik atau momentum yang jarang terjadi kembali misalnya pascatsunami.
- Peliputan
Saat melakukan peliputan setidaknya reporter dituntut untuk bisa:
- Eksplorasi terhadap kosakata
Belajar meliput bukan mengutip orang lain. Semua indera bekerja bukan hanya penglihatan.
- Pilihan kata sebaiknya milik sendiri
Bagaimana caranya? Yaitu dengan parafrase atau menulis dengan kalimat sendiri untuk menceritakan apa yang diceritakan orang lain.
Karena potensi kesalahan-kesalahan tersebut maka akan lebih baik setelah selesai membuat berita, reporter membaca ulang kembali naskahnya. Dulu redaktur saya menyarankan usai membuat berita setidaknya tulisan dibaca ulang sampai tiga kali. Memang malas sih. Namun, dengan membaca ulang pasti akan menemukan kesalahan dalam penulisan entah itu kurang huruf “a”, kalimat yang tidak bertele-tele, dsb.
Semoga postingan ini bermanfaat ya^^