
Ilustrasi Covid 19 oleh Namiya Darma
Hi Buddies,
Sebagai orang yang (mulai) tertarik dengan isu krisis iklim jadi boleh ya saya mengaitkan Covid 19 dengan wacana ini. Covid 19 merupakan singkatan dari Corona Virus Diseases yang ditemukan tahun 2019.
Akhir tahun ini, saya pernah membuat status di Facebook mengenai fenomena munculnya ular kobra di berbagai daerah.
Dalam status tersebut jelas saya menghubungkan kemunculan ular cobra yang dianggap tidak wajar dengan krisis iklim yang tengah dialami bumi. –Atau mungkin perubahan musim hujan bisa saja akibat anomali cuaca–. Tapi, saya lebih setuju fenomena tersebut terjadi akibat krisis iklim dan habitat satwa yang telah rusak.
Iklim yang tengah dalam kondisi darurat memicu pergeseran musim kemarau dan hujan yang berdampak pada perilaku dan perkembangbiakan satwa. Habitat alami yang semakin diokupasi manusia menjadikan satwa liar beririsan dengan pemukiman manusia. Kemudian terjadilah konflik antara ular cobra dan penduduk di daerah-daerah tertentu.
Krisis iklim merupakan pemanasan global akibat perilaku antropogenik atau ulah manusia seperti penggunaan Bahan Bakar Fosil (BBF) yang menyebabkan terkurungnya Gas Rumah Kaca (GRK) dalam selubung atmosfer bumi. Bumi pun semakin panas.
Dulu saya cenderung skeptis terhadap isu ini. Pemanasan bumi adalah hal yang alami dan wajar serta pasti terjadi, begitu pikir saya. Namun, pemanasan bumi menjadi tidak wajar dan meningkat dengan cepat dalam kurun waktu 100 tahun terakhir semenjak Revolusi Industri dan massifnya penggunaan BBF. Sehingga akan memiliki dampak buruk bagi kelangsungan hidup makhluk di bumi dan bumi itu sendiri.
Corona dan Krisis Iklim
Gagasan antara Corona dan Krisis Iklim ini menjadi semakin menarik bagi saya ketika menemukan artikel di Kompas berjudul Wabah Virus Corona, Tamparan Pahit Kesehatan Manusia dari Krisis Iklim. Sebuah pernyataan menarik dalam berita tersebut yang mengatakan bahwa setiap kejadian adanya hari sangat panas di bumi, manusia mengalami suatu peristiwa besar.
Dikutip dari Mongabay, data The National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) tahun 2019 merupakan tahun kedua yang terpanas setelah tahun 2015. Suhu bumi mencapai 2,07 derajat Farenheit atau mengalami kenaikan 1,15 derajat Celcius. Kenaikan suhu bumi yang mencapai 2 derajat Celcius akan menyebabkan kekeringan ekstrim dan kenaikan permukaan laut.
“Patogen (bakteri, virus, dan jamur yang menimbulkan penyakit) bisa bertahan, berkembang biak, dan beradaptasi lebih baik pada suhu yang menghangat, termasuk di suhu tubuh manusia.”
Kenaikan suhu bumi dan berkurangnya tutupan hutan secara drastis membuat hidupan liar beradaptasi hingga berinteraksi dengan manusia. Virus yang dalam hidupnya membutuhkan inang dengan cepat menyebar ke manusia termasuk Corona.
“Korelasi antara kenaikan suhu bumi dengan kecepatan penyebaran penyakit berbasis virus dari induk kelelawar, memang belum ada data ilmiah yang disepakati bersama. Namun, pada kasus arboviral (infeksi virus dari serangga dan artopoda), sudah ada kajiannya tentang korelasi perubahan iklim.”
Dalam artikel lain yang diterbitkan Merdeka berjudul Dampak Perubahan Iklim Berpengaruh dalam Penyebaran Virus, Begini Penjelasannya seolah saling menguatkan tulisan Kompas yang saya baca sebelumnya.
WHO sebagai badan organisasi kesehatan dunia telah merilis laporan mengenai akibat krisis iklim terhadap kesehatan manusia. Krisis iklim memicu terjadinya perubahan suhu, pergeseran curah hujan, dan kelembaban. Perubahan tersebut akan memiliki banyak efek knock-on pada hewan dan ekosistem dunia. Hal tersebut mempengaruhi hewan pembawa virus yang dapat menulari manusia.
Meskipun dalam unggahan ini juga ditulis belum ada bukti bahwa perubahan iklim berperan dalam pandemi virus corona, tetapi ada perdebatan sengit tentang kemungkinan peran berbagai pola cuaca.
Setidaknya berkaca dari beberapa artikel tersebut bahwa perubahan akibat krisis iklim adalah hal yang tidak bisa dihindari. Sudah seyogyanya, kita mulai bersahabat dan menjaga bumi.
“Hilangnya keanekaragaman hayati dapat meningkatkan atau mengurangi penularan penyakit. Namun, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa hilangnya keanekaragaman hayati seiring dengan meningkatnya penularan penyakit.”
Tulisan ini saya buat dalam waktu relatif singkat, insya allah akan saya update jika ada informasi terbaru khususnya hubungan krisis iklim dengan penyebaran Corona.
Jika di antara Buddies ada yang mengetahui korelasi antara Covid 19 dengan Krisis Iklim, tolong bantu jawab ya. Makasih sebelumnya 🙂
Semoga bermanfaat ya^^
Referensi:
Belajar dari Wabah Corona yang menjadi Perhatian Global. Bagaimana dengan Perubahan Iklim? www.mongabay.co.id
Dampak Perubahan Iklim Berpengaruh dalam Penyebaran Virus, Begini Penjelasannya. http://www.merdeka.com
Wabah Virus Corona, Tamparan Pahit Kesehatan Manusia dari Krisis Iklim. http://www.kompas.com