Covid 19 terkonfirmasi masuk di Indonesia 2 Maret 2020. Setelah itu, pasien positif virus Corona yang pertama mewabah di Wuhan akhir tahun 2019 ini dilaporkan di beberapa daerah di Indonesia. Data 22 April 2020 pukul 12.00 WIB, pasien terindikasi positif Corona mencapai 7.418 jiwa dengan jumlah meninggal 635 jiwa.
Untuk memutus mata rantai penyebaran Corona, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa inisiatif. Opsi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pun akhirnya ditempuh karena masih terjadi penularan di masyarakat.
Di Indonesia, virus Corona tidak hanya berdampak signifikan pada ekonomi masyarakat khususnya masyarakat bawah yang penghasilannya turun drastis. Namun juga pada tenaga kesehatan yang minim (kekurangan) Alat Pelindung Diri (APD).

Petugas memberi bantuan kepada warga terdampak Covid 19 di Kota Bandung (Foto: Darma Legi)
Sebagai makhluk sosial dan jiwa bangsa Indonesia yang senantiasa tolong menolong dalam rasa senasib sepenanggungan, banyak cara membantu sesama yang membutuhkan.
Hidup berdampingan dengan tetangga membuat kita seharusnya lebih tahu siapa yang membutuhkan. Jangan sampai kasus di Serang berulang. Seorang ibu dengan empat orang anak yang meninggal karena kelaparan. Dua hari hanya minum galon. Mirisnya, ia yang sempat menanyakan bantuan kepada RT dijawab jika bantuan dari pemerintah belum turun.
Terlepas dari itu takdir, tapi kasus tersebut bisa dicegah jika kita tidak saling “menunggu” terutama bantuan dari pemerintah. Jika kita memiliki kelebihan makanan atau bahan mentah, kita bisa berbagi ke tetangga terutama yang membutuhkan.
Pernah saya menyaksikan berita ada tukang ojek online (ojol) yang mendapat order makanan. Namun, pemesan tidak mengambilnya dan memberikannya untuk ojol dan keluarga. Betapa bahagianya rezeki tak terduga tersebut karena hari itu sang ojol belum mendapatkan orderan seiring kebijakan Work From Home (WFH) dari pemerintah.
Ketika saya belanja online di salah satu e-commerce, pada saat akan melakukan pembayaran ada pilihan pembulatan nominal untuk donasi Covid 19. Jumlahnya pun tidak akan memberatkan.
Belum lama, teman saya membuka open donasi untuk pembelian APD sebagai upaya membantu tenaga medis RS Rujukan di Yogyakarta. Donasi yang semula akan dibelikan masker untuk tenaga medis akhirnya dialihkan untuk pembuatan baju hazmat. Hal itu dikarenakan banyak oknum yang menjual masker tak bertanggungjawab. Pembuatan pakaian mirip astronot itu dikerjakan oleh temannya yang mempunyai usaha konveksi. Dari situ kita bisa belajar, membantu dengan yang kita mampu.
Kemudian dengan berhenti “menimbun” kebutuhan pokok jika memang stok sudah cukup. Karena dengan “menimbun” tanpa sadar sudah menzolimi orang lain yang juga membutuhkan. Sudah seminggu ini, saya kesulitan mencari gula pasir. Dua minimarket di dekat rumah saya, stoknya sudah kosong. Berhenti menimbun berarti kita peduli dan tidak egois dengan orang lain.
Pada akhirnya, tidak selalu bantuan harus berupa uang dengan nominal besar. Namun dengan satu hal kecil sederhana pun akan sangat berguna.
Semoga bermanfaat^^