
Bulan Purnama saat Ramadhan 1441 H (Foto: Darma Legi)
Hi Buddies,
Sudah banyak hari, aku absen menulis di BPN Ramadhan Blog Challenge 2020. Tulisan-tulisan menumpuk menjadi draft. Alasannya klasik, karena susah membagi waktu. Dimulai memasak sahur, sesudah subuh beberes rumah, belanja sayur sambil menunggu duo bocah bangun, sesudah bangun bergantilah dari ibu rumah tangga menjadi ibu, mendampingi tugas belajar kakak yang waktu selesainya sesuai mood, apalagi jika ada tugas hafalan surat atau hadits bisa sampai zuhur baru beres.
Jika tidak banyak drama ada waktu setelah zuhur sampai asar. Di sini saya bisa memanfaatkan waktu untuk mengambil foto materi dan posting sebagai #MombassadorSGMEksplor (seminggu tiga kali, bisa lebih jika ada postingan tambahan). Foto ini akan agak lama juga karena melibatkan bocah. Namun, alhamdulillah lebih banyak antusiasnya dibanding bad mood-nya yang berarti butuh ekstra waktu untuk membujuk rayu sedemikian rupa. Jika tidak ada jadwal posting, saya memulai menulis challenge yang saya ikuti.
Selepas asar, bermain sama anak dan sudah mulai urusan dapur lagi menyiapkan berbuka. Karena aku dan suami adalah tim gorengan jadi harus ada menu ini saat membatalkan puasa. Hampir tak pernah kami membeli gorengan di luar kecuali darurat seperti saat dua krucil sakit bersamaan. Karena, aku agak risih dengan minyak yang dipakai tukang gorengan yang entah berapa kali sudah dipakai menggoreng. Jadi kalaupun membeli mengusahakan di awal waktu saat ia mulai buka.
Jeda magrib dan isya rasanya cepat sekali habis untuk bersantap dan sholat magrib. Selepas isya bermain sama anak, kadang aku mencuri tidur sejam, dua jam. Suami siap mendampingi anak di malam hari karena siang masih harus bekerja. Puas bermain, giliran aku lagi untuk menidurkan mereka.
Setelah mereka tidur barulah aku bisa merampungkan tulisan yang harus di submit hari itu juga. Biasanya aku masih melek sampai jam 12 malam. Nah, anakku ini tidak ada jadwal tidur siang. Karena jika tidur siang, mereka itu bisa lama banget dan hasilnya malah jadi begadang. Jadi, lebih baik tidak ada jadwal tidur siang, jadi tidurnya tidak terlalu malam.
Jadwalnya biasa aja sih, standar ibu-ibu rumahan ya. Tapi, manajemen waktuku rasanya amburadul banget. Awalnya, aku ingin menulis setiap hari satu artikel di challenge BPN yang aku ikuti ini. Namun, kenyataannya aku harus mengejar banyak ketinggalan.
Saat libur seperti ini Kakak bebas tugas, aku bisa dikatakan ga terlalu riweuh-lah jadi bakal ngebut menyelesaikan tantangan menulis. Selain menulis, aku juga akan menyempatkan blog walking.
Jika dilihat sepuluh hari pertama Ramadhanku masih duniawi banget. Padahal bulan suci ini hanya datang sekali setahun dalam kalender Hijriyah. Sayang sekali jika bulan dimana segala amal kebaikan dilipatgandakan ini berlalu begitu saja.
Memasuki Sepuluh Hari Kedua
Memasuki sepuluh hari kedua, aku melonggarkan urusan duniawi dan mengejar bekal akhirat. Aku kembali menyusun jadwal tadarus agar target khatam tercapai. Jangan bayangkan, aku mulai juz satu di awal Ramadhan ya hehe… Biasanya aku membaca Al Qur’an sepanjang tahun, jika selesai membaca lagi dari awal dan terjemahnya. Kebetulan sekali awal Ramadhan ini aku sudah sampai juz 28 jadi goals khatam di bulan suci harusnya sudah di depan mata.
Memang sih harusnya “kecil”, sisa dua juz, tapi jika menilik kembali pos pembagian waktuku dan tidak diprioritaskan, hal ini tak akan tercapai. Saat dua bocahku masih batita, aku bahkan baru bisa khatam lebih dari tiga tahun. Padahal waktu masih sendiri, bisa satu juz sehari. Jauh ya–sudah tidak elok untuk membandingkan lagi–.
Memprioritaskan jadwal untuk sholat sunnah, dhuha, tahajud, tarawih dan witir. Sepuluh hari pertamaku urusan sholat sunnah masih bolong-bolong. Usai salat baik wajib atau sunnah biasanya aku manfaatkan membaca Al Quran barang selembar kadang juga tidak sempat. Biasanya saat aku salat maupun tadarus jika tidak tidur anak suka nungguin dan ada aja biar perhatian ibu kembali kepada mereka.
Untuk urusan menulis, jika biasanya aku baru melihat tema pada Hari H, aku mulai membaca tema-tema di hari berikutnya. Jadi bisa sambil mempersiapkan atau seenggaknya bisa memikirkan ide mau mengeksekusi apa. Jadi sewaktu hari H sudah siap dengan bahan. Inginnya lagi sih, tulisan untuk besok bisa dimulai hari ini.
Itu aja dulu perbaikan sepuluh hari kedua khususnya agar bisa memaknai Ramadhan lebih baik lagi. Aku harus pandai mencuri waktu untuk mengejar ibadah agar tidak disibukkan dan dilalaikan dengan kesibukan rumah yang seakan tiada habisnya.
Sepuluh Hari Terakhir
Pada saat sepuluh hari terakhir nanti, aku berharap sudah mengalir saja ritmenya. Puasaku lancar hingga akhir Ramadhan. Antara ibadah dan rutinitas sehari-hari. Layaknya, Muslim yang lain aku pun berharap dapat menjemput Malam Lailatul Qodar, bulan yang keutamaannya lebih dari seribu bulan.
Harapan aku pribadi Ramadhan kali ini bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bermanfaat serta lebih amanah. Aku juga berharap bisa memetik hikmah di masa pandemi Corona ini. Untuk merutinkan kebiasaan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan semakin aware dengan bumi.
Semoga kita semua mendapatkan hikmah Ramadhan tahun ini ya… Aamiin…
Bagaimana dengan puasa Buddies di masa Covid-19 ini?