Halo BookBuddies,
Di #KamisReview ini, aku bakal sharing buku yang seminggu terakhir ini aku baca, “Follow @MerryRiana”. Sebenarnya buku lawas, dan belum lama ini aku beli via bukalapak. Buku bekas yang dijamin original –mending buku bekas dibanding bajakan ya, kan?— Kenapa aku memutuskan membeli buku ini? Ya, pastinya aku ingin mendapat inspirasi dan motivasi dari buku ini. Siapa sih yang tidak kenal Merry Riana, salahsatu motivator perempuan terbaik di Asia. Oke, mari kita lihat apakah aku buku ini sesuai ekspektasiku.

FOLLOW @MERRYRIANA
Oleh Debbie Widjaja
GM 401 01 13 0011
Copyright © 2013 Merry Riana
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building, Blok I, Lt. 5
Jl. Palmerah Barat 29-37
Jakarta 10270
360 hlm; 20cm
ISBN: 978-979-22-9333-3
BLURB
5 Reasons Why My Life is Screwed Up:
5. Setelah setahun bekerja di Everell, penampilanku yang berantakan cocok sekali untuk menjadikanku model majalah Cosmopolitan. Judul artikelnya: Tanda-Tanda Anda Bekerja Terlalu Keras
4. Pacarku marah besar karena katanya aku berubah jadi monster menyeramkan. Dan, oh, mungkin dia selingkuh dengan Agita, pramugari cantik itu.
3. Setiap kali pembaca novelku bertanya, “Kapan novel selanjutnya terbit, Kak?”, aku Cuma bisa meringis dan berkelit, “Belum sempat, masih sibuk nih.”
2. Daftar orang yang kukecewakan sudah melampaui daftar film horror Indonesia. Yang paling parah, orang yang sangat kusayangi, Papa dan Mama, justru berada di urutan teratas!
But the number 1 reason why my life is screwed up is:
- DON’T EVEN HAVE LIFE ANYMORE
Bella punya karier cemerlang yang membentang di hadapannya—tapi ada harga yang harus dibayar. Dan ketika satu per satu masalah memukulnya, barulah ia terenyak dan bertanya, “Apakah aku ada di jalan yang benar?”
Lalu cahaya terang itu muncul… lewat sosok yang sangat menginspirasinya: Merry Riana. Dari Merry Riana, Bella mempelajari hal-hal berharga. Makna perjuangan, kesuksesan, dan bagaimana menjalani hidup yang utuh sesuai passion.
@MerryRiana: “Don’t chase after money. Rather, chase your passion, and money will chase after you.”
SINOPSIS
Buku ini diawali dengan kondisi Bella yang kacau, terlambat mengejar pesawat untuk pulang ke Jakarta dimana sang pacar sudah menantinya “untuk mengatakan putus”, dan mama yang terbaring tak berdaya menunggu waktu operasi mengangkat tumor di rahimnya.
Kemudian plot cerita, berubah menjadi flash back. Bella menganggap kekacauan hidupnya saat ini akibat mengikuti program NEXT dari perusahaannya. Sebuah program “percepatan karier” yang akan membawa peserta terbaik untuk segera menempati posisi strategis/manajerial.
Bella yang telah merancang pernikahan dengan Bastian akhirnya tergiur menjajal program ini karena gajinya yang fantastis diatas karyawan regular. Namun, Bella yang awalnya idealis dan mendapatkan nilai terbaik merasa ada yang “salah”. Ia merasa “diasingkan” dari sahabat, keluarga, bahkan hobinya. “Are you on the right path?”—hal. 262.
Flashback berakhir.
Kekesalan Bella memuncak di hadapan bos Palmoris tempatnya on job training di program NEXT. Alhasil, Bella “dipulangkan” kembali ke Everell. Di Everell, Bu Sophie memberinya kesempatan untuk memikirkan kembali karier yang ingin ditapakinya.
Bella yang terpuruk berkesempatan mendapatkan “big day” dengan bertemu idolanya, Merry Riana. Dari Miss Merry, Bella tergugah mengikuti panggilan hatinya.
Kata Miss Merry, “… A fulfilled life adalah hidup berdasarkan passion atau panggilan hidup kita. Ada orang yang panggilan hidupnya sebagai ibu rumah tangga, ada yang sebagai wanita karier, dan ada juga yang terpanggil untuk menjadi keduanya. Ada orang yang merasa nyaman hanya kalau sudah berolahraga setiap hari, ada juga yang sudah nyaman asal berolahraga seminggu sekali. Yang mana yang harus kita ikuti? Hanya kita yang paling mengenal dan mengetahui yang paling baik bagi diri kita sendiri. Dengarkanlah suara hati kita, tanpa terlalu terganggu dengan tekanan dari media atau pendapat orang lain di sekitar kita.”
SETELAH BACA BUKU INI
Jika baca blurb sepertinya memang dilema yang dialami oleh perempuan dewasa muda ya? Soalnya aku sendiri merasa demikian saat awal-awal membangun karier. Karena kebetulan bekerja dibawah deadline yang ketat –ya dengan permasalahan mirip dengan Bella— rasanya aku juga tidak bisa membagi waktu dengan keluarga dan sahabat.
Usiaku sendiri saat ini sudah melebihi usia ketika Merry Riana mendapatkan satu juta dolar pertamanya, 26 tahun. Tapi, dari buku ini aku semakin yakin bahwa mimpi itu tidak mengenal usia maupun latar belakang seseorang. Setiap orang berhak memiliki mimpi besar!
“Tante emang udah hampir 56 tahun, tapi bukan berarti Tante berhenti bermimpi. … tapi buku (Mimpi Sejuta Dolar) itu mengajari tante untuk berani bermimpi besar dan berani bertindak mengejar mimpi itu.” –hal. 157
Kembali ke buku ini, buku ini ringan ceritanya sederhana tapi sehari-hari banget sehingga mudah diikuti. Buku ini segmentasinya perempuan dewasa muda yang sedang meniti karier dan belum (mau) menikah. Jadi jika sedang galau dengan hal tersebut bolehlah membaca buku ini. Namun, bukan berarti diluar segmentasi tersebut tidak boleh membaca. Buktinya aku sudah di kepala tiga masih mau baca buku ini.
Buku ini buat aku melebihi ekspektasi awal, dengan ceritanya yang ringan tapi sarat inspirasi dan motivasi. Mungkin karena banyak quote Merry Riana yang diselipkan di buku ini. Dan, buat aku buku ini merupakan salahsatu buku yang bisa menjaga “mimpiku” tetap menyala. Usia boleh kepala tiga tapi urusan mimpi tak boleh padam. Karenanya, agar impian itu tak redup butuh suplemen-suplemen seperti ini.
Meskipun begitu, ada beberapa ganjalan dalam buku ini. Yang pertama, ketika Bella selalu mengatakan bahwa dia satu-satunya yang paling payah dalam outbond karena seringkali terjatuh. Namun, di sub bab berikutnya, Dimas dikatakan paling sering terjatuh karena badannya yang gembul hingga celananya sobek. Jadi, siapa yang paling sering terjatuh? Mungkin lebih baik dikatakan saja di awal, jika Bella dan Dimas sama-sama payah di outbond.
Kemudian, saat Bella hendak dinas ke Semarang. Rekannya berkata sudah berada di Semarang. Tapi, dalam dialog berikutnya ada pertanyaan yang menanyakan kapan Bella berangkat, dan percakapan berikutnya menyiratkan kalau mereka tidak bisa berangkat bareng. Loh, bukannya memang rekannya sudah di Semarang jadi memang ga bakalan bareng kan?
Yang ketiga, saat kunjungan Bella di Yogyakarta. Ia naik becak kemudian menyambung naik angkot untuk mengikuti seminar Merry Riana di Jogja Expo Center. Eh, sejak kapan di Jogja ada angkot? Di buku ini memang tidak dijelaskan tahun peristiwa. Namun, jika berpatokan pada ketenaran Merry Riana berarti diatas 2006. Saat itu setahuku yang kebetulan kuliah di Jogja tidak ada angkot. Ada juga bus sedang dalam kota atau mungkin lebih masuk akal jika menyambung TransJogja karena sekitar tahun 2008, bus terintegrasi itu sudah ada di kota Jogja.
Terakhir, saat ia berkunjung ke Parangtritis. Katanya, Paris berpasir putih. Aku berharap typo saja sih. Paris kan hamparan pasir hitam ya, karena dipengaruhi aliran dari Gunung Merapi kecuali di Gunung Kidul hampir semua pantainya berpasir putih karena berasal dari karang.
Dengan membaca itu, sepertinya penulis saat menulis buku ini belum ke Jogjakarta dan risetnya kurang dalam. Tapi, mudah-mudahan typo saja dech. Karena, aku sendiri juga gitu, dipikiran merah tapi yang ditulis biru hehe…
Secara keseluruhan, buku ini berhasil menyuntik semangat, membawa energi positif, dan menjaga lilin impian tetap menyala.
Semoga bermanfaat ya^^
Bandung #010
Wih, jadi tiap Kamis mau review buku nih? 😁 Asyik ….
Kalo boleh nanggepin 🤭
Waktu ku mulai kuliah 2007, masih ada angkot di Jogja kok, Mbak. Ku sesekali naik itu kalo enggak kebagian bis yang kecil. Cuma emang enggak gitu banyak sih.
Oh gitu emg angkot nya di daerah mana?
Dari depan kampus sampai Jalan Magelang, Mbak (waktu ku masih tinggal sama Bulik).
Oh pantes aku ga tahu. Soalnya bukan rute PP hehe… Di cerita ga dijelasin detail lokasinya, cuma tujuannya JEC. Dan, seingatku daerah JEC ga ada angkot…
Iya, ku juga kalo JEC mah ingetnya pake bis. Mungkin angkot adanya di daerah tertentu aja 🤭