
Sekitar dua tahun lalu, saya menghadiri pameran UMKM di Yogyakarta. Uniknya, diantara jajaran stand-stand tersebut ada booth khusus pelaku UMKM disabilitas. Empati saya tergugah, langkah kaki saya menuju ke salah satu stand tersebut. Stand batik.
Saya kurang beruntung karena tak bertemu pemiliknya. Namun, saya tak kecewa karena bertemu putrinya yang ramah dan bersemangat. Ia bercerita bahwa jika dia dan adiknya bisa terus bersekolah berkat semangat ibunya dan batik.
Produk unggulannya adalah kain batik asli. Namun, bukan berarti tidak menjual produk jadi juga. Waktu itu saya membawa pulang dua buah batik. Satu kemeja batik cap asli untuk suami dan satu blus batik cetak untuk saya.
Batik awalnya saya sendiri menganggapnya formal dan kaku. Dipakai oleh orang-orang yang sudah berumur dan busana ke kondangan. Namun, sebenarnya banyak sekali variasi batik. Tidak hanya busana formal tetapi juga bisa dalam kegiatan sehari-hari dalam beragam model. Contohnya daster batik.
Variasi Kain Batik
Ngomongin soal batik, di Jawa ada kain bermotif batik yang dinamakan jarik. Jarik ini dahulunya digunakan untuk berbusana. Akan tetapi, sekarang sudah sulit dijumpai kecuali orang yang sudah sangat sepuh. Nenek saya yang berusia hampir 90 tahun termasuk yang masih menggunakan jarik.
Sampai saat ini, keluarga besar saya masih memegang tradisi soal jarik. Lelaki yang meminang cucu perempuan harus memberi hadiah jarik kepada nenek atau yang kami panggil mbah setri. Begitupula ketika suami dulu menikahi saya, salah satu barang yang harus diberikan adalah kain jarik untuk simbah. Tradisi ini dinamakan pesing. Hal ini dilakukan untuk membalas budi nenek yang diompoli sang cucu saat kecil. Pun, ketika cucu melahirkan anak pertama atau memberinya buyut, maka harus menghadiahkan jarik kepada mbah setri yang disebut mbuyuti. Hal ini dipercaya dapat mencegah tangan anak gemetaran.

Ada kain jarik yang disebut lendang. Perbedaannya terletak pada corak, warna, dan fungsinya. Lendang umumnya bermotif bunga-bunga besar dan berwarna mencolok. Fungsinya untuk menggendong bayi atau anak kecil. Ketika melahirkan di Jawa, saya pun masih mendapatkan kado berupa lendang ini.

Membesarkan anak di Bandung bukan berarti saya meninggalkan lendang. Hingga anak ketiga, saya masih menggunakan kain ini. Alasannya bagi saya lebih nyaman dan fleksibel. Ukuran bisa disesuaikan. Sisa kain bisa untuk menutupi muka bayi ketika berjalan dari panas maupun debu. Bisa pula digunakan sebagai alas.
Di Bandung sendiri kain jarik ini walau jarang tetapi masih ada dan disebut samping. Ketika saya bertanya umumnya saat ini mereka menggunakan samping untuk menyelimuti orang yang sudah meninggal.
Bangga Batik

Setiap tanggal 2 Oktober, kita masyarakat Indonesia memperingati Hari Batik Nasional. Hal itu dikukuhkan melalui Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009. Tanggal itu istimewa sebab pada 2 Oktober 2009, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO mengakui batik secara internasional sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-Bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Batik bukan hanya milik satu suku. Dikutip dari medcofoundation.org arkeolog dan sejarawan mempercayai bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Motif batik di Indonesia pun beragam. Hasil pendataan Bandung Fe Institute dan Sobat Budaya terdokumentasikan sekitar 5.849 motif batik dari berbagai daerah di Indonesia.
Mendongkrak Ekonomi Lokal
Ketika kita sudah mencintai batik dan menjadikannya bagian dari keseharian secara tidak langsung kita turut mendongkrak perekonomian pelaku usaha batik. Seperti halnya cerita pembuka saya di atas, kita tak pernah mengetahui latar belakang penjual kecuali memang ingin tahu. Namun dengan membeli batik, kita ikut membantu menambah penghasilan keluarga yang sangat berarti bagi mereka.
Wabah Covid-19 sejak tahun 2020 lalu menumbangkan banyak pelaku UMKM termasuk batik. Pelaku usaha batik mengalami penurunan omzet hingga mencapai 70 persen. Sejak awal pandemi pendapatan berkurang drastis. Usaha batik banyak yang oleng. Tak sedikit yang terpaksa merumahkan karyawannya.
Melestarikan Tradisi
Bangga terhadap batik berarti turut melestarikan tradisi yang sudah menjadi keragaman bangsa Indonesia yang memikat dunia. Kain batik di kampung halaman saya erat dengan tradisi pernikahan dan kelahiran. Di daerah lain mungkin banyak lagi tradisi yang melibatkan batik dalam moment sakralnya.
Sebagai contoh atraksi budaya jathilan atau kuda lumping. Para pemainnya mengenakan kain batik. Dalam acara pernikahan yang menggunakan adat Jawa, kedua mempelai pengantin pun mengenakan bawahan kain jarik yang bermotif batik.
Menjaga Warisan Budaya
Sebagaimana diakui UNESCO, batik merupakan intangible cultural heritage. Batik terdiri dari batik tulis, cap, dan cetak. Batik tulis merupakan batik berkualitas terbaik. Harganya paling mahal karena motifnya digambar langsung pembatik dan pengerjaannya lama. Batik cap juga memiliki kualitas tinggi. Harganya dibawah batik tulis. Pembatik menggunakan cap yang sudah memiliki pola khusus pada plat besi. Keduanya menggunakan malam atau lilin khusus untuk membatik. Terakhir adalah batik cetak atau print yang diproduksi secara massal sehingga harganya pun terjangkau.
Bisa dibayangkan jika tak ada yang mengenakan batik maka generasi pembatik ini akan terhenti. Tak akan dijumpai lagi tangan-tangan terampil yang meneruskan warisan leluhur yang menjadi kebanggaan bangsa.
Bangga dengan produk lokal dengan mengenakan batik berarti kita turut menumbuhkan perekonomian nasional. Selain itu, juga merupakan wujud cinta tanah air terhadap Bangsa Indonesia. Nah, di masa pandemi tidak sulit untuk menemukan produk batik. Kita bisa belanja online yang menyediakan banyak pilihan fashion batik dari kemeja pria, daster, dress, blus hingga bolero. Harganya pun sangat terjangkau. Sementara untuk mendapatkan tips-tips menarik seputar gaya hidup, teknologi, kesehatan dan kecantikan, ibu dan anak hingga resep masakan dan informasi promosi bisa mengunjungi laman blogklikindomaret.
Selamat Hari Batik Nasional^^
*Foto: dokumentasi pribadi