Seandainya Memasak Seasyik Membaca Komik

Halo Buddies,

Aku menulis ini bukan karena aku pandai memasak, tapi judul tersebut aku dapatkan sebagai kesan usai membaca “Kitchen 2”. Novel grafis asal Korea karya JO Joo-Hee. Pada postingan ini aku khususkan sebagai ulasan buku seri kedua. Tapi ini bukan sebuah review buku resmi, ya. Lebih tepatnya sebuah ide tulisan yang aku peroleh usai membaca sebuah buku.

Novel bersub judul “Tempat Semua Kisah Lezat Dimulai” ini terdiri dari tiga seri. Buku Kitchen 3 aku miliki pertama sekitar tujuh tahun lalu. Hadiah langsung dari Mizan. Sementara buku kedua aku beli awal tahun baru ini, karena diskon. Harganya hanya 15 ribu rupiah. Tanpa diskon buku ini harganya enam puluh ribuan rupiah.

Sebagai seorang book addict, gatal rasanya kalau tidak langsung segera masukin ke keranjang karena bebas ongkir dengan minimal pembelian Rp10 ribu. Belinya pakai cashback pula haha… ((Dasar emak-emak ya!))

Buku pertama malah belum kebeli karena di penerbit aslinya sudah tidak ada dan aku lihat di toko lain harganya masih normal. Di e-commerce ya, soalnya di toko buku sepertinya sudah tidak ada. Karena emang masuk buku lawas.

Tentang “Kitchen”

Cover Kitchen 2 (Dokumentasi pribadi)

Buku ini unik menurutku, dari konsep hingga ceritanya. Baik komik maupun cerita dibuat sendiri oleh JO Joo-Hee. Keren sekali ya! Seseorang  dengan bakat menggambar sekaligus menulis. Ide ceritanya dari pengalaman dia sendiri maupun pengalaman orang lain yang umumnya sama. Contoh sederhananya kalau Lebaran, kita terbiasa makan ketupat dan opor ayam. Kalau ke Yogyakarta kita akan mencicip gudeg. Nah, orang lain juga melakukannya kan?

Satu bab novel ini terbagi lagi menjadi tiga bagian, cerita tentang makanan itu sendiri sebagai inti bab, kedua resep tapi jangan bayangkan seperti resep yang biasa kita baca, namun hanya resep secara garis besar karena dominan gambar, dan epilog yang sepertinya cerita tentang inspirasi penulisan bab tersebut. Semuanya dalam bentuk komik yang menarik.

Lucunya lagi, meskipun membuat karya tentang masakan tapi tokoh dalam komik ini (penulis) justru dikesankan tidak jago memasak. Dari cerita penutup setiap bab, ia malah seperti kebanyakan tokoh-tokoh perempuan dalam drama korea yang digambarkan ceroboh dan suka merepotkan.

Isi Buku           

Kitchen 2 terdiri episode 17 sampai 26 dengan special episode 27 atau ada 11 daftar kisah. Insya Allah nanti aku bikin postingan sendiri untuk Kitchen 1 (kalau sudah ada bukunya) dan Kitchen 3. Seri kedua ini menceritakan secara garis besar tentang makna dari penyajian hidangan tersebut atau pada momen-momen apa biasanya makanan tersebut disantap.

Contohnya sup kue beras makanan penambah umur.

Kok bisa?

Kasih tahu ga ya? Haha…

Episode pembuka buku kedua pada part satu ini mengisahkan tentang perempuan Korea yang menikah dengan pria Inggris. Sang pria harus meminta izin kepada keluarga besar perempuan yang utamanya para tetua. Saat itu pula disajikan jamuan khas malam tahun baru Korea yang menggunakan tanggalan China tanggal 1 bulan 1 yang berpusat pada gerakan bulan bukan matahari.

“Kuahnya putih sekali sampai-sampai dasar mangkuknya tidak terlihat, di atas kuahnya terdapat hiasan berwarna-warni indah sekali.” – hal. 16

“Rupanya begini rasa makanan ini. Lembut seperti rumput laut dan rasa kueberas yang tawar tapi nikmat.” –“Lalu terdapat mandu yang memiliki rasa yang kuat dan lezat” – hal. 20

Part dua berisi tentang cara membuat mandu ala penulis. Part tiga atau epilog dari episode 17 diberi judul Aku tidak bisa masak. Cerita tentang “Aku” yang gagal membuat mandu dan membuat semua orang yang memakannya trauma.

Karena penasaran aku pun coba searching kue beras dengan mandu, dan mendapatkan gambar ini dari situs Korean Bapsang. Laman tersebut juga mengatakan santapan ini biasa disajikan dalam merayakan Happy Lunar New Year. Dalam bahasa Hangul disebut Seollal. Meskipun juga disebutkan sajian ini menyenangkan untuk dimakan sepanjang tahun.

Tteok Mandu Guk (Rice Cake Soup with Dumplings) (http://www.koreanbapsang.com)

Selain itu ada episode tentang Bibimbap, anak bangsawan, pertemuan yang tidak disangka-sangka, gadis penjual kopi, seporsi tteokpokki, barbeque vegetarian, penghormatan pertama setelah menikah, pertemuan tripartite, dan natal kuil di gunung. Di setiap episode tersebut tentu ada makanan khas Korea sebagai intinya.

Nah, pada spesial episode 27 disebutkan5 masakan terbaik di dunia yang pernah dicicip penulis. Makanan itu dari urutan kelima adalah subelaki dari Yunani, steak Ilama Bolivia, Talli semacam roti yang dimakan bersama kari yang manis dari India, sebiche yang ditemukan di Cusque Peru, dan urutan pertama adalah penulis memberikan penghargaan kepada semua masakan Turki.

Walaupun ini komik namun bukan berarti tidak ada kutipan selayaknya novel. Misalnya,

“Dalam hidup yang terpenting adalah rasa kepuasan kita sendiri.” hal. 52 dalam episode pertemuan yang tidak disangka-sangka.

“Hampir sebagian besar masakan harus mencampur semua bahan makanan, tetapi masakan ini membuat setiap bahan makanan menghasilkan suara masing-masing, benar-benar indah.” hal. 92 dalam episode barbeque vegetarian.

Kesan setelah membaca novel ini,

Yup, judul di atas adalah satu kalimat yang aku dapatkan usai menuntaskan buku setebal 172 halaman ini. Mungkin dari judulnya sudah tersirat jika aku tak pandai memasak. Aku teringat tertarik memasak saat menyaksikan Dayang Jang Geum dalam Jewel in the Palace memasak jamur. Setiap ia mencicip racikan masakan rasanya sangat menyenangkan. Namun, hanya sebatas itu. Aku tak pernah meluangkan waktu memasak.

Ketika pertama kali memasak adalah saat tinggal dan asrama. Saat itu nyobain menumis sawi pedas. Hasilnya dapur yang sempit itu penuh asap karena minyak untuk menumis gosong atau terlalu panas. Daaaannnn… seluruh penghuni asrama yang bersin-bersin. Memalukaan…

Tapi sebelum itu, aku jadi teringat, pernah suatu ketika saat praktek lapangan dengan pede-nya aku membuat perkedel kentang. Taraaa… perkedelnya hancur tak berbentuk malah menjadi remah-remah. Namun, seorang teman menyelamatkan kehancuran itu dengan mencampur remukan tersebut ke dalam nasi goreng. Jadilah nasi goreng rasa perkedel hoho…

Saat akhirnya menikah, ya seperti biasa aku sok jago memasak. Namun, betapa bijaknya suamiku berkata, kalau masalahnya bukan enak atau tidak enak tapi hanya masalah lidah. Kebetulan kami memang beda daerah dan suku.

Lalu masak yang asyik seperti itu apa?

Memasak itu lamaaaa… semenjak persiapan iris ini itu, pakai piranti ini itu, dan prosesnya itu sendiri. Sebagai ibu dengan anak yang masih kecil-kecil, tentu aku tak selalu bisa meluangkan waktu selama itu. Belum masalah cucian perkakas jadi bertambah. ((Tentu ini hanya alasan)).

Masak yang asyik itu menurut aku dimulai dari dapur itu sendiri. Kalau menengok dapur para juri master chef, wow keren sekali… Ruangannya luas, elegan, dan peralatannya ituuuu, lo. Pastinya memasak pun jadi betah dan menyenangkan. Nih contoh dapur chef Juna.

Dapur Chef Juan (Instagram @junarorimpandeyofficial)

Namun, alasan ini sebenarnya tak cukup kuat. Nyatanya, kalau kita menonton Jejak Petualang atau Jejak Si Gundul, kadang masaknya itu masih di dapur tradisional bahkan dimana saja langsung di alam, toh, nyatanya lezat-lezat saja.

Kemudian memasak itu jadi semakin mengasyikkan kalau kita suka kuliner. Sebab, kita akan tertantang dengan taste-taste baru. Sementara diriku termasuk picky eater alias pemilih makanan. Alhasil, ya masaknya itu-itu saja. Membosankan…

Terakhir, berjiwa seni. Mengapa memasak harus berjiwa seni? Berjiwa seni artinya kreatif. Sebab, saat memasak kita dituntut pandai meracik bumbu. Apalagi masakan Indonesia yang sangat terkenal kaya akan rempah. Kadang hanya berdasarkan feeling saja. Misalnya, nih, tak jarang dalam resep dikatakan, tambahkan garam secukupnya. Secukupnya itu segimana? Haha…

Terakhir, secara keseluruhan aku suka buku ini. Nyatanya, setelah memiliki buku ketiga aku ingin yang kedua, walaupun jaraknya lama. Dan masih nge-wishlist Kitchen 1. Walaupun aku agak kepayahan saat membacanya. Karena aku lebih sering membaca novel yang isinya tulisan saja. Namun, dalam novel grafis ini aku juga harus menyeimbangkan dengan visualnya. Kadang terdiam di titik tertentu cukup lama karena engga ngerti.

Buku terbitan Noura Books (Mizan Publika) ini aku rekomendasikan buat Kalian yang ingin ke Korea dan pecinta kuliner yang pastinya suka jalan-jalan.

Semoga tulisan ngalor-ngidul ini ada manfaatnya ya^^

Satu pemikiran pada “Seandainya Memasak Seasyik Membaca Komik

Silakan meninggalkan jejak. Insya Alloh saya kunjungi balik^^

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.