Berkarya dan Berdaya Bersama Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis

Rasanya baru kemarin aku mengikuti rangkaian festival ulang tahun komunitas perempuan IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) ke-11. Ada beberapa acara yang aku ikuti lewat virtual gathering sebab situasi masih pandemi. Namun justru karena pembatasan itu aku bisa menjadi peserta. Kalau saja rangkaian perayaan itu digelar offline, mungkin karena jarak yang ditempuh dan kondisi sedang hamil besar aku bakal absen.

Di puncak perayaannya, IIDN tidak hanya menghadirkan founder-nya Teh Indari Mastuti tetapi juga menghadirkan Mbak Key-Kirana Kejora. Berbeda dengan Teh Indari yang sudah familiar karena sering menjadi pembicara seminar untuk menginspirasi lewat pengalamannya, aku baru mengenal Mbak Key. Mbak Key ternyata seorang writerpreneur yang menjadi langganan pemateri creativepreneur dari Kemenparekraf bersanding dengan Agustinus Wibowo, pelopor travel writer yang terkenal dengan bukunya Titik Nol.

Sebelumnya, aku juga ikut Wardah Color F/T Virtual Class Natural Korean Makeup Look for Daily. Alasan aku mengikutinya karena aku suka penampilan sederhana, tidak mencolok, dan cenderung memilih yang alami. Wardah merupakan brand yang sudah menjadi favoritku. Usai mengikuti webinar ini, postingan instagramku terpilih menjadi salah satu pemenang favorit dan berhak mendapatkan hampers dari Wardah. Alhamdulillah

“On Fire” Berkarya Melalui Tulisan

Usai mengikuti rangkaian festival ulang tahun IIDN, tanpa banyak berpikir, aku segera bergabung dengan mengisi data di laman komunitas penulis Ibu-Ibu Doyan Nulis. Sebelumnya, aku pun sudah mengikuti media sosial di Instagram @ibuibudoyannulis. Beragam event ternyata diselenggarakan oleh komunitas yang digawangi Mbak Widyanti Yuliandari ini. Di antaranya menerbitkan antologi untuk anggotanya.

Ada point yang aku garisbawahi, bahwa IIDN ibarat seorang ibu, ia tak pernah melepas “anak-anaknya”. Mendampingi tak hanya dari pra-penulisan hingga proses buku itu terbit. Tapi, memastikan bagaimana buku-buku itu sampai ke pembacanya.

Lahirnya si kecil membuat aku tak aktif di setiap event. Awal tahun ini, aku ikut kelas cerpen yang diadakan IIDN. Aku melabuhkan hati ke IIDN karena pematerinya dan harganya yang terjangkau di kantong emak-emak seperti aku.

Dua narasumber yang dihadirkan yaitu Kak Ryawani Elyta dan Mbak Kirana Kejora. Sebelumnya aku mengenal Kak Tya melalui novelnya yang berjudul “Ping! A Message From Borneo”. Berduet dengan Shabrina WS, novel tersebut menjuarai Lomba Bentang Belia. Mbak Key seperti yang aku ceritakan diatas, aku mengenalnya pertama kali sewaktu ikut Zoom puncak Festival Ulang Tahun IIDN ke-11. Keduanya sudah tidak diragukan pentasnya dibidang penulisan.

Output dari kelas ini adalah antologi cerpen budaya. Sayangnya, aku salah baca deadline karena waktu itu berbarengan dengan moment Lebaran. Kesibukan menyiapkan mudik setelah dua tahun tak pulang kampung membuat aku abai mengecek lagi. Aku pikir tanggal 11 Mei ternyata 1 Mei. Sayang sekali, aku melewatkan mengumpulkan naskah yang bakal jadi antologi Elang Biru ini.

Namun, bukan berarti aku berhenti menulis cerpen. Sejak semula ikut kelas ini, aku memang ingin mengasah kemampuan menulis cerpen. Lalu, mendapat penghasilan tambahan darinya. Menjadi perempuan berdaya bersama IIDN. Berbekal ilmu yang aku dapat, aku menulis cerpen lalu mengirimnya ke media yang menerima cerpen dengan honorarium sebagai imbalannya.

Asal mau mencoba, banyak media dan situs penerbit yang menerima kiriman cerpen dan memberikan honor yang sangat lumayan untuk seorang ibu rumah tangga. Nominalnya tergantung dari media yang dituju. Berkisar antara Rp100 ribu rupiah hingga hampir Rp1 juta rupiah jika berhasil tembus ke Kompas.

Perempuan Bebas Finansial

Sebagai ibu rumah tangga, tentu saja aku juga ingin berdaya. Apalagi sebelum menikah, aku adalah perempuan bekerja. Memegang uang dalam jumlah cukup banyak setiap gajian. Bukan tidak bersyukur dengan amplop dari suami. Namun, alangkah baiknya jika kita bisa mempunyai penghasilan tambahan.

Dari blog aku mengembangkan ketrampilan menulis cerpen bersama IIDN. Usai bergabung di kelas cerpen aku mendapat akses ke setiap event yang dilakukan IIDN berkolaborasi dengan pihak dari luar. Di antaranya kerjasama IIDN dengan Ruang Mom dan lomba blog IIDN dengan Majalah Fortune.

Pada kompetisi IIDN X Ruang Mom, aku belum terpilih. Ini merupakan kompetisi wirausaha. Begitu juga dengan lomba blog yang bekerjasama dengan Majalah Fortune. Namun, ikut kompetisi bukan hanya soal menang dan kalah. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil seperti pengetahuan baru dan teman-teman baru yang saling berkunjung melalui blog walking. Dari para pemenang kita juga belajar meningkatkan kualitas dan estetika sebuah tulisan di blog.

Seperti biasanya, pendamping dari IIDN di setiap event selalu mengayomi dan tidak terkesan meninggalkan. Aku suka suasana kekeluargaan yang dibangun.

Selain dari kompetisi, IIDN juga membuka peluang pendapatan dari menerbitkan buku seperti antologi cerpen di atas. Setelah buku terbit, IIDN pun tak lepas tangan. Bahkan, ada sesi khusus untuk cara-cara promosi. Dari hasil penjualan, penulis pun mendapat untung dari hasil jual.

Dari kelas cerpen misalnya, aku mendapat bonus ilmu membuat trailer promosi karya. Ini ilmu yang baru buatku. Penulis bukan lagi soal menulis tetapi writerpreneur. Seorang yang tidak hanya bisa menulis, tapi juga berjualan dengan mempromosikan dan sampai ke tangan pembaca. Bukan “menulis selesai ya sudah” lalu lepas tangan.

Aku jadi “dipaksa” belajar membuat video. Konten yang sedang trend akhir-akhir ini. Seorang penulis itu harus melek digital, harus meng-upgrade diri. Mindset emak-emak harus diubah dari yang menganggap dirinya lemot tetapi menjadi “aku bisa mengikuti”. Sebagaimana founder IIDN Teh Indari pada suatu kesempatan mengatakan kunci kesuksesan adalah mindset. Jika pola pikir kita merasa kalah ya sudah pasti kita kalah.

IIDN adalah komunitas perempuan penulis yang terus memotivasi aku untuk berkarya lebih baik dan berdaya melalui tulisan. Peluang itu tidak hanya dari mengikuti lomba blog tetapi juga melalui cerpen atau tulisan lain yang dimuat di media hingga menerbitkan buku.

Menulis sendiri selama ini sudah banyak membantuku. Dari membelikan hadiah untuk anak-anak, suami, hingga memberi hadiah untuk ibu. Namun, ketrampilan menulis ini harus terus diasah dan dilebarkan sayapnya. Ibarat pisau yang tajam karena sering diasah. Lagi-lagi mengutip Teh Indari bergabung komunitas akan menularkan energi positif sehingga energi negatif akan menyingkir.

Bagi aku, IIDN, seperti namanya, layaknya seorang ibu yang siap menggandeng dn tak akan lelah mendorong agar anak-anaknya terus melangkah maju. Selamat ulang tahun ke-12 IIDN. Teruslah menginspirasi dan memberdayakan perempuan Indonesia.

Satu pemikiran pada “Berkarya dan Berdaya Bersama Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis

Silakan meninggalkan jejak. Insya Alloh saya kunjungi balik^^

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.