Membaca Lagi Istanbul; Kenangan Sebuah Kota #2

Halo Guys,

Jadi sebenarnya aku sudah merampungkan novel Istanbul; Kenangan Sebuah Kota” karya Orhan Pamuk ini. Namun, aku pingin baca buku ini kembali dan menulis poin-poin di setiap babnya karena buku ini sangat banyak insight menurutku.

Jika Kalian ingin tahu isi secara keseluruhannya bisa baca dulu di sini [Kesan Baca] Istanbul karya Orhan Pamuk, Pemenang Nobel Sastra 2006.

Salah satu sudut Apartemen Pamuk (Sumber: Buku “Istanbul”, Orhan Pamuk)

Jika di bagian pembuka “Orhan yang Lain” menceritakan tentang kota yang murung, maka kemurungan itu juga masuk ke dalam rumah Orhan. Orhan tinggal di sebuah apartemen keluarga setelah setahun sebelum kelahirannya keluarga pamuk tinggal di sebuah rumah batu yang besar (seperti begitu banyak keluarga besar Usmani lainnya).

Seperti kotanya yang murung, apartemen tempat tinggalnya mencerminkan hal yang sama. Di setiap apartemen yang memiliki piano justru bagi Orhan membuatnya merasa sedih. Sebab, piano tersebut tak lebih dari sekedar pajangan. Begitu juga dengan rak-rak berisi pajangan yang tak pernah disentuh. Ruang duduk yang identik dengan ruang bersantai keluarga pun tak memberi kenyamanan.

Ruang duduk seperti yang tertulis di halaman 13, merupakan museum kecil yang dirancang untuk memamerkan kepada para tamu bahwa pemilik rumah adalah orang yang berpikiran Barat. Ruang duduk ini baru berubah fungsi menjadi bioskop kecil sejak kedatangan televisi di tahun 1970-an.

Di bagian ini, aku juga teringat kalau di rumah orangtuaku sendiri dan beberapa rumah yang pernah aku kunjungi di berbagai daerah memang di ruang depan atau ruang tamunya selalu ada lemari khusus untuk pajangan, biasanya barang pecah belah. Apakah ini juga pengaruh budaya barat saat masa kolonial di Indonesia???

Lucunya, aku pun mengikutinya … Namun, setelah dipikir-pikir untuk apa juga, membeli barang bukan karena kebutuhan tapi buat pajangan. Ini sangat bertentangan dengan prinsip keuangan, beli karena butuh bukan karena ingin. Daan .. jatuhnya nanti malah pamer.

Eh malah jadi kepanjangan, balik lagi ya!

Penulis menyamakan apartemennya dengan istana Kesultanan Usmani karena lalu lintas antarlantai selalu sibuk. Saat membaca ini aku tidak menyadari sampai akhirnya di bagian penutup bab kedua, Orhan dengan piawai menyandingkan kembali kehidupan keluarganya yang hancur sebagaimana Kesultanan Usmani. Aku mulai penasaraann…

“…meskipun memakan waktu lama, melalui rute yang berbelit-belit, awan kesedihan dan kekalahan yang telah disebarkan Kesultanan Usmani atas Istanbul akhirnya jatuh menimpa keluargaku juga.” – hal. 24

Di sini aku kembali takjub pada kepiawaian Orhan Pamuk yang meracik kegelisahannya tentang keruntuhan Turki Usmani dengan kehidupannya sehari-hari. Pamuk berarti kapas, sebuah nama yang diberikan karena kulit mereka pucat dan berambut putih. Neneknya dari pihak ayah merupakan orang Sirkasia, terkenal cantik dan bertubuh tinggi, sangat populer di lingkungan harem Usmani. Kakek buyutnya telah bermigrasi ke Annatolia pada masa perang Rusia-Usmani (1887-1888).

Hanya saja ada yang mengganjal, pada halaman 15 dikatakan kakeknya meninggal 1943 tapi pada halaman berikutnya (16), kakeknya meninggal tahun 1934 pada usia 52 tahun. Typo atau aku yang gagal paham?Kemudian, jika di part pertama diceritakan ibunya suka membaca koran, maka di part kedua ini di antara kegemaran ayahnya disebutkan suka permainan kata dan membaca puisi (hal. 21). Aku langsung menyimpulkan bahwa bakat menulis Orhan merupakan gabungan dari kedua orang tuanya yang suka membaca dan merangkai kata.

Orhan juga menceritakan dirinya yang suka berfantasi sejak kecil. Khayalannya tak jauh dari Bosphorus sebab ia memiliki kedekatannya. Sumber kekayaan keluarganya, yaitu pabrik yang dibuat kakeknya berada di tepi Goksu, sebuah sungai yang bermuara di Boshphorus. Selain itu, ia sering melihat lalu lintas yang melewati Bosphorus.

Di part kedua ini, Orhan lagi-lagi menceritakan hal biasa secara luar biasa mulai dari pajangan, keluarga besarnya, hingga kecemburuannya terhadap kakaknya. Biasa banget ga sih tapi ceritanya bikin ketagihan untuk melanjutkan.

Mari berdiskusi di kolom komentar👇

Part Sebelumnya || Selanjutnya

Silakan meninggalkan jejak. Insya Alloh saya kunjungi balik^^

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.